Wednesday, November 5, 2014

KISAH NYATA CINTA YANG KANDAS DI TENGAH JALAN


Kisah cinta yang kandas di tengah jalan ..


Cinta memang indah jika saling mengerti dan saling mengisi dengan kepercaya’an..


Seorang laki – laki yang yang mencintai/ mengasihi seorang perempuan dan laki laki itu sangat menyayanginya dengan tulus dan slalu percaya kpdanya, sampai” laki” itu slalu mengalah untuk kebahagiaanya. Tapi smua yang laki – laki berikan kpdanya semuanya tlah di sia- siakan olehnya.


Laki” itu sangat ingin sekali merubah dirinya untuk menjadi lebih baik,, tapi uasha laki – laki itu hanya di anggap seperti angin yang hanya lewat. Yang tak pernah di hargai olehnya. Laki” itu kenapa mempunyai hati yang tak tega, sangat Peduli.... tpi tak pernah ia mengerti .


semoga cita citaku ingin membuat dia jadi seperti yang seperti aku inginkan menjadi kenyataan. Walaupun dia takkan pernah kembali kepadaku...


Semua Yang Ada Pada Dirimu Tlah Ternilai Sikap Munafik..

Sunday, November 2, 2014

Biografi KH.A. Wahid Hasyim





Biografi Lengkap K.H.A. Wahid Hasyim - Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim (lahir di Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914 – meninggal di Cimahi, Jawa Barat, 19 April 1953 pada umur 38 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Ia adalah ayah dari presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid dan anak dari Hasyim Asy’arie, salah satu pahlawan nasional Indonesia. Wahid Hasjim dimakamkan di Tebuireng, Jombang.
Pada tahun 1939, NU menjadi anggota MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam di zaman pendudukan Belanda. Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1943 beliau ditunjuk menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku pemimpin Masyumi beliau merintis pembentukan Barisan Hizbullah yang membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan. Selain terlibat dalam gerakan politik, tahun 1944 beliau mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang pengasuhannya ditangani oleh KH. A. Kahar Muzakkir. Menjelang kemerdekaan tahun 1945 ia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.
Wahid Hasyim meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil di Kota Cimahi tanggal 19 April 1953.
K. H. A. Wahid Hasyim dengan segudang pemikiran tentang agama, negara, pendidikan, politik, kemasyarakatan, NU, dan pesantren, telah menjadi lapisan sejarah ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang tidak dapat tergantikan oleh siapapun. Untuk memperingati satu abad kelahiran K. H. A. Wahid Hasyim, diadakan serangkaian acara di beberapa kota di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Rangkaian acara dimulai dengan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) mengenai Wahid Hasyim yang diikuti 260 makalah dari kategori santri/pelajar dan mahasiswa/umum dan akan diakhiri dengan seminar nasional mengenai pemikiran politik Wahid Hasyim pada 25 Juni 2011.
Acara yang digagas oleh Keluarga Besar K. H. A. Wahid Hasyim ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan mengangkat pemikiran – pemikiran K. H. A. Wahid Hasyim tentang pembaharuan Islam Indonesia.
“Sebagaimana pahlawan bangsa lainnya, kita harus menghormati dan mengangkat nilai perjuangannya. Demikian juga untuk Kiai Wahid, karena ada nilai kejuangan dan peran menonjol dari dirinya untuk kemerdekaan, sebagai tokoh brilian yang progresif bahkan memberi nilai baru pada Departemen Agama.” Ungkap Ketua Umum Panitia Pelaksana Satu Abad K. H. A. Wahid Hasyim, Aisyah Hamid Baidlowi.

Biografi Abikusno Tjokrosujoso





Sering dieja Abikusno Tjokrosujoso.
Adalah Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum pertama Indonesia.Ia merupakan tokoh Partai Syariat Islam Indonesia (PSII) dan merupakan salah satu penandatangan piagam jakarta.Beliau juga ikut andil dalam perumusan Pancasila.

SEJARAH DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
Departemen Perhubungan telah ada sejak Periode awal Kemerdekaan Indonesia yang dibentuk berdasarkan periode Kabinet Republik Indonesia :
1. Kabinet Presidensiil : 2 September 1945 s.d. 14 November 1945
* Menteri Perhubungan adalah Abikusno Tjokrosujono.
2. Kabinet Sjahrir ke I : 14 Nopember 1945 s.d. 12 Maret 1946
* Menteri Perhubungan adalah Ir. Abdulkarim.
3. Kabinet Sjahrir ke II : 12 Maret 1945 s.d. 2 Oktober 1946
* Menteri Perhubungan adalah Ir. Abdulkarim
* Menteri Muda Perhubungan adalah Ir. Djuanda

4. Kabinet Sjarir ke III : 2 Oktober 1946 s.d. 3 Juli 1947
* Menteri Perhubungan adalah Ir. Djuanda
* Menteri Muda Perhubungan adalah Ir. Djuanda
* Menteri Muda Perhubungan adalah Setiadjid

5. Kabinet Amir Sjarifudin ke I : 3 Juli 1947 s.d. 20 Januari 1948
* Menteri Perhubungan adalah Ir. Djuanda

Kahar Muzakkar



 
Bernama Lengkap Abdul Kahar Muzakkar atau Abdul Qahhar Mudzakkar; lahir di Lanipa, Kabupaten Luwu, 24 Maret 1921 – meninggal 3 Februari 1965 pada umur 43 tahun; nama kecilnya Ladomeng) adalah seorang figur karismatik dan legendaris dari tanah Luwu, yang merupakan pendiri Tentara Islam Indonesia di Sulawesi. Ia adalah seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terakhir berpangkat Letnan Kolonel atau Overste pada masa itu.
Ia tidak menyetujui kebijaksanaan pemerintahan presiden Soekarno pada masanya, sehingga balik menentang pemerintah pusat dengan mengangkat senjata. Ia dinyatakan pemerintah pusat sebagai pembangkan dan pemberontak. Pada awal tahun 1950-an ia memimpin para bekas gerilyawan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara mendirikan TII (Tentara Islam Indonesia) kemudian bergabung dengan Darul Islam (DI), hingga di kemudian hari dikenal dengan nama DI/TII di Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Pada tanggal 3 Februari 1965, melalui Operasi Tumpas, ia dinyatakan tertembak mati dalam pertempuran antara pasukan TNI dari satuan Siliwangi 330 dan anggota pengawal Kahar Muzakkar di Lasolo. Namun tidak pernah diperlihatkan pusaranya, mengakibatkan para bekas pengikutnya mempertanyakan kebenaran berita kejadiannya. Menurut kisah, jenazahnya dikuburkan di Kilometer 1 jalan raya Kendari.
Kedatangan pasukan pimpinan Worang kemudian disusul oleh pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang pada tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan dua brigade dan satu batalion di antaranya adalah Brigade Mataram yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto.
Kapten Andi Azis dihadapkan ke Pengadilan Militer di Yogyakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara dan ada pula yang mengatakan bahwa andi aziz telah meninggal dunia karena di tembak oleh Suharto tetapi untuk sebahagian masyarakat Sulawesi Selatan ada pula yang mempercayai bahwa beliau tidak di tangkap dan tidak di tembak mati pernyataan ini saya kutip ketika berdiskusi dengan salah seorang tokoh pemberontak yang masih hidup saat ini dan mengeluarkan stated bahwa kahar muzakkar masih hidup kalau di tembak karena memiliki ilmu kebal (Metafisik), dan juga ada stated yang lain saya temukan ketika masuk ke sebuah perkampungan di daerah Gowa Makassar yang menyatakan bahwa Kahar Muzakkar masih hidup dan tinggal di dalam kampung ini dan sedang melakukan pergerakan.
Kini salah satu Putra Kahar Muzakkar, yakni Azis Kahar Muzakkar yang juga anggota DPD RI akil Sulsel menjadi kandidat calon Wakil Gubernur Sulsel Mendampingi Ilham Arif Sirajuddin Calon Gubernur Sulawesi Selatan dari partai Demokrat.

Dr. Radjiman Wedyodiningrat



 

Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat, dilahirkan di Yogyakarta, 21 April 1879. Ia adalah putra dari seorang penjaga sebuah toko kecil di Yogyakarta bernama Ki Sutodrono dan ibunya adalah seorang wanita berdarah Gorontalo. Meski bukan berasal dari kaum bangsawan, namun semangat belajarnya sangat tinggi. Ia berhasil mengenyam pendidikan hingga ke negeri Belanda, Perancis, Inggris dan Amerika. Ia berhasil memperoleh gelar dokternya di negeri Belanda pada usia 20 tahun. Sedangkan gelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) ia peroleh dari Kesultanan Yogyakarta karena jasanya bertugas di sebuah rumah sakit di Yogyakarta pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Dr. Radjiman Wedyodiningrat juga merupakan tokoh pergerakan nasional, meski kiprahnya tak setenar Ir. Soekarno ataupun Bung Hatta. Ia merupakan salah satu pendiri Boedi Oetomo dan sempat menjadi ketua di tahun 1914-1915. Ia juga mewakili Boedi Oetomo menjadi anggota dalam Volksraad bentukan Belanda sampai tahun 1931. Memiliki andil besar dalam usaha mencapai kemerdekaan Indonesia dengan menjadi ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Saat itu ia pernah menanyakan tentang dasar negara Indonesia jika kelak telah merdeka dan dijawab Bung Karno dengan uraiannya tentang pancasila. Uraian tersebut diyakini pernah ditulis Radjiman Wedyodiningrat dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi.
Dr. Radjiman Wedyodiningrat mulai pindah ke Ngawi pada tahun 1934. Ia memilih menetap di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi karena keprihatinannya melihat warga Ngawi yang terserang penyakit pes. Sejak saat itu ia mengabdikan dirinya menjadi dokter ahli penyakit pes. Selain itu dr. Radjiman juga pernah memberdayakan dukun bayi di Ngawi untuk mencegah kematian ibu saat melahirkan dan juga bayinya. Ia sangat peduli terhadap kesehatan masyarakat, terutama mereka yang tidak mampu. Ia juga dikenal memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Selain menjadi dokter, dr. Radjiman Wedyodiningrat ternyata juga menyalurkan ilmunya kepada mereka yang membutuhkan. Hal itu terbukti dengan sepak terjangnya mengajar anak-anak di Dusun Dirgo yang tidak bisa mengenyam pendidikan karena tidak adanya biaya. Lokasi tempatnya mengajar saat itu telah dibangun sebuah Sekolah Dasar dan sampai kini masih terdapat jejaknya, yaitu SD Negeri 3, 4, dan 5 Kauman.
Pada tanggal 20 September 1952, Dr. Radjiman Wedyodiningrat menghembuskan napas terakhirnya di Dusun Dirgo, Widodaren, Ngawi. Jenazahnya dimakamkan di Desa Mlati, Sleman, Yogyakarta, berdekatan dengan makam dr. Wahidin Sudirohusodo, seorang yang telah membesarkannya. Rumah kediaman dr. Radjiman Wedyodiningrat di Ngawi kini sudah menjadi situs yang berusia 134 tahun. Rumah tersebut dulunya juga pernah disinggahi Bung Karno dua kali semasa hidup dr. Radjiman Wedyodiningrat.

Biografi Haji Agus Salim



tidak begitu mulus. Dia pernah dicurigai rekan-rekannya sebagai mata-mata karena pernah bekerja pada pemerintah. Apalagi, dia tak pernah ditangkap dan dipenjara seperti Tjokroaminoto. Tapi, beberapa tulisan dan pidato Agus Salim yang menyinggung pemerintah mematahkan tuduhan-tuduhan itu. Bahkan dia berhasil menggantikan posisi Tjokroaminoto sebagai ketua setelah pendiri SI itu meninggal dunia pada 1934.

Selain menjadi tokoh SI, Agus Salim juga merupakan salah satu pendiri Jong Islamieten Bond. Di sini dia membuat gebrakan untuk meluluhkan doktrin keagamaan yang kaku. Dalam kongres Jong Islamieten Bond ke-2 di Yogyakarta pada 1927, Agus Salim dengan persetujuan pengurus Jong Islamieten Bond menyatukan tempat duduk perempuan dan laki-laki. Ini berbeda dari kongres dua tahun sebelumnya yang dipisahkan tabir; perempuan di belakang, laki-laki di depan. ”Ajaran dan semangat Islam memelopori emansipasi perempuan,” ujarnya. Agus Salim pernah menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada akhir kekuasaan Jepang. Ketika Indonesia merdeka, dia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung. Kepiawaiannya berdiplomasi membuat dia dipercaya sebagai Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir I dan II serta menjadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta. Sesudah pengakuan kedaulatan Agus Salim ditunjuk sebagai penasehat Menteri Luar Negeri.

Dengan badannya yang kecil, di kalangan diplomatik Agus Salim dikenal dengan julukan The Grand Old Man, sebagai bentuk pengakuan atas prestasinya di bidang diplomasi.
Sebagai pribadi yang dikenal berjiwa bebas. Dia tak pernah mau dikekang oleh batasan-batasan, bahkan dia berani mendobrak tradisi Minang yang kuat. Tegas sebagai politisi, tapi sederhana dalam sikap dan keseharian. Dia berpindah-pindah rumah kontrakan ketika di Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta. Di rumah sederhana itulah dia menjadi pendidik bagi anak-anaknya, kecuali si bungsu, bukan memasukkannya ke pendidikan formal. Alasannya, selama hidupnya Agus Salim mendapat segalanya dari luar sekolah. ”Saya telah melalui jalan berlumpur akibat pendidikan kolonial,” ujarnya tentang penolakannya terhadap pendidikan formal kolonial yang juga sebagai bentuk pembangkangannya terhadap kekuasaan Belanda. Agus Salim wafat pada 4 November 1954 dalam usia 70 tahun.

Dalam teori komunikasi, pola berpikir seseorang dipengaruhi oleh latar belakang
hidup di lingkungannya. Seorang tokoh yang berperan dalam gerakan moderen Islam di Indonesia, Agus Salim, memiliki pola berpikir yang dipengaruhi oleh lingkungannya dalam hal sosial-intelektual. Dia adalah anak dari pejabat pemerintah yang juga berasal dari kalangan bangsawan dan agama. Jadi, sejak kecil ia hidup di lingkungan yang penuh dengan nuansa-nuansa keagamaan. Setelah menyelesaikan studi sekolah pertengahannya di Jakarta, dia bekerja untuk konsulat Belanda di Jeddah (1906-1909). Di sini dia mempelajari kembali lebih dalam tentang Islam, kendatipun dia memberi pengakuan: “meskipun saya terlahir dalam sebuah keluarga Muslim yang taat dan mendapatkan pendidikan agama sejak dari masa kanak-kanak, [setelah masuk sekolah Belanda] saya mulai merasa kehilangan iman.”


Walaupun demikian, tidak berarti bahwa Agus Salim adalah seorang yang anti-nasionalisme. Perjuangannya dalam mempersiapkan kemerdekaan bangsa kita adalah bukti bahwa dia adalah seorang yang berjiwa nasionalisme. Perjuangan Agus salim dalam meraih kemakmuran bagi rakyat Indonesia patut kita apresiasi bersama sebagai rasa syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya, kenikmatan hidup saat ini yang kita rasakan di Indonesia tak lain dan tak bukan adalah hasil jerih payah dari para pejuang kemerdekan dan alangkah lebih baik apabila perjuangan mereka di masa lalu dapat kita hayati untuk merevitalisasi semangat dalam diri menggali secara konsisten khazanah-khazanah keislaman, kemoderenan, dan keindonesiaan.




CONTOH PENULISAN BERITA


BERITA



Dikirim oleh                 :  Partono Larangan Kelurahan Kaliwiro
Ditujukan kepada        :  Sanak saudara dan handai tolan  di:
1.      Kelurahan  Kaliwiro Kecamatan Kaliwiro Kab Wonosobo
2.      Kemutug Desa Tirip Kec Wadaslintang Kab Wonosobo
3.      Desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kab Banjarnegara
4.      Di mana saja berada.

Isi B                              berita              : Telah meninggal dunia dengan tenang Nur Hikmah  Hari Selasa 8 Maret              2011 pukul 23.00 WIB di Rumah sakit Daerah Margono Sukaryo Purwokerto  karena sakit dalam usia 33 tahun.
                                      Jenazah akan di kebumikan hari Rabu 9 Maret 2011 pukul 10.00 WIB di pemakaman Larangan  Kelurahan  Kelurahan Kaliwiro.
Contoh Teks Berita Keluarga dalam Bahasa Jawa (Radio Manggala FM Kec Kaliwiro Kab Wonosobo).

Pengantar(boten kawaos)
Nuwun para miarsa wonten ing pundi papan panjenengan midhangetaken atur giaran punika, kepareng  sumela atur awit  badhe kula waosaken setunggaling  pawarta lelayu.

Pawarta lelayu punika kakintun dening Bapak Partono ingkang lenggah dedalem ing dusun Larangan Kelurahan Kaliwiro Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo.
Dene pawarta punika kabyawarakaken dhumateng sanak kadang ingkang dedalem ing tlatah
1.      Kelurahan  Kaliwiro Kecamatan Kaliwiro Kab Wonosobo
2.      Kemutug Desa Tirip Kec Wadaslintang Kab Wonosobo
3.      Desa Gembongan Kecamatan Sigaluh Kab Banjarnegara
4.      Utawi ing pundi papan penjenengan saged midhangetaken atur giaran          punika.
Isining pawarta
Sampun murud ing kasedan jati nama pun Nur Hikmah binti Partono rikala ari Slasa surya kaping 8 Maret 2011 ing Rumah sakit Margono Sukaryo Purwokerto karana gerah. Rinancang layon kalawau  badhe kapetak ing sasana laya  dusun Larangan Kelurahan Kaliwiro Kec Kaliwiro dinten Rebo surya kaping 9 Maret 2011 wanci tabuh 10.00(sedasa) wekdal Nuswantara imbang pacima.
Sambet kalayan pawarta punika  dhumateng para miarsa ingkang kaleres midhangetaken lan priksa dateng kadang ingkang tinuju, kasuwun kanthi ikhlasing penggalih mugi  penjenengan kersa dumugekaken pawarta punika dhateng ingkang kawogan. Nuwun
Panutup(boten kawaos)
Makaten lan semanten pawarta lelayu ingkang saged kula aturaken. Kula sak pri kanca dherek bela sungkawa awit sedanipun Ibu Nur Hikmah. Akanthi  donga mugi arwah ingkang sampun sowan wonten pengayunan dalem Gusti Allah kapapanaken ing papan ingkang murwat kaliyan lelabetan. Nuwun.